TANGAN Rendi bergetar menunjukkan hama yang tengah merusak padinya. Raut sedih wajahnyapun tak bisa ia sembunyikan. Kini dirinya tak banyak berharap. Ia dan teman-temannya sesama petani hanya butuh uluran tangan pemerintah memberikan solusi penanganan hama.
Oleh : Nopran Wijaya – Lubuk Linggau
Tiga kali masa masa panen telah dilewati petani di lahan persawahan Kasie 1 Kelurahan Lubuk Tanjung Kecamatan Lubuk Linggau Barat 1. Selama tiga kali itu, tiga kali pula mereka mengalami nasib serupa. Hasil panen tak sesuai yang diharapkan petani.
Sebabnya jelas, karena serangan hama. Tak hanya satu jenis, seperti menambah penderitaan petani, hama menyerang padi secara bergantian, mulai dari hama pianggang (sejenis walang sangit), disusul hama ulat yang menggerogoti daun padi. Lengkaplah sudah.
Derita nampak belum usai, sebab diketahui belum ada respon pemerintah lewat Dinas Pertanian Kota Lubuk Linggau untuk menangani hal ini. Bak sudah jatuh tertimpa tangga. Nasib Rendiko dan teman-temannya, kini bergantung hasil panen seadanya. Sisa mereka berjuang menghadapi hama.
“Berbagai cara kami lakukan untuk membasmi hama ini, tapi belum juga bisa teratasi. Pernah dikasih racun hama, lalu tanaman kami pupuk, tapi belum juga ada hasil memuaskan,” keluh Rendiko yang ditemui di pondok kecilnya, tepat di tengah sawah yang terkena gempuran hama.
Tangannya bergetar menunjukkan hama yang tengah merusak padinya. Raut sedih wajah Rendi pun tak bisa ia sembunyikan. Kini dirinya tak banyak berharap. Ia dan teman-temannya sesama petani hanya butuh uluran tangan pemerintah memberikan solusi penanganan hama ini.
“Dari satu bulan sesudah penanaman hama ulat dan kumbang tanah bermunculan, sudah hampir 3 periode panen kami rugi akibat gagal panen,” sampainya.
“Biasanya kalau sudah ulat dan walang sangit bermunculan, menjelang masa panen wereng juga pasti berdatangan, itulah yang membuat padi jadi kompong (tanpa isi) dan daun seperti terbakar,” ungkapnya. (*)
Distan Kota LLg cuma bertugas mendengar keluhan petani. Lalu tinggal lapor ke pusat bahwa petani di lubuk Linggau gagal panen. Itu artinya kuota import beras harus ditambah.
Karena pemerintah bisanya cuma import, katek solusi laen…